Jumat, 09 September 2011

Cita-cita dan Tato

Suatu hari di rumah penuh cinta...

“Ma, besok aku fieldtrip,” kata Fathin sepulang sekolah.

“Kemana Kak?” tanyaku.

“Ke Kantor Pemadam Kebakaran!” jawabnya riang.

“Aku ikut, aku ikut,” rajuk kedua adiknya.

Dengan gaya sebagai seorang kakak yang bijaksana Fathin menjawab, “tidak boleh Dik, ini kegiatan sekolah kakak dan teman-teman. Entar kalo adik sudah sekolah, pasti diajak Bu Guru kesana”.

Adiknya mendengarkan dengan seksama dan rajukannya berubah menjadi, ”aku mau sekolah, aku mau sekolah.” Nah Lo!! Aku hanya bisa tersenyum sambil  geleng-geleng kepala menyaksikan ketiga buah hatiku.

Menjadi Pemadam kebakaran adalah salah satu dari sekian banyak cita-cita Fathin. Dimana setiap saat bisa dengan mudahnya berubah. Namanya juga anak-anak..

Pernah suatu kali, ketika lomba bercerita di sekolahnya. Fathin ingin bercerita mengenai cita-citanya menjadi pemain bola. Di rumah dia sibuk mempersiapkan ceritanya dengan penonton kedua adiknya. Lagu “Garuda di Dadaku” juga menjadi bagian dalam cerita yang disiapkannya. Kedua adiknya bertepuk tangan, setiap kali sang kakak selesai bercerita.

Namun pada saat lomba, tiba-tiba cita-citanya sudah berubah menjadi seorang Astronot. Aku  yang ikut menonton cuman bisa geleng-geleng kepala. ”Yah....namanya juga anak-anak..,” batinku.

Kembali ke acara fieldtrip ke Pemadam Kebakaran, tentunya membuat Fathin sibuk dengan persiapannya. Dari mulai baju yang harus dipakai besok, bekal makanannya dan juga tidur lebih awal supaya tidak terlambat ke sekolah. Berulang kali Fathin mengingatkanku untuk tidak lupa membangunkannya pagi-pagi.

Jam 6 pagi, tanpa di bangunkan si Fathin sudah langsung bangun dan mengambil handuk untuk mandi. Aku yang sedang membersihkan rumah hanya bisa tersenyum dan segera memperiapkan pakaian dan bekal makanan.

Sang Bapak, Suamiku yang sedang santai minum kopi dan membaca koran, akhirnya ikutan mandi juga. Maklum saja, Sang Bapak bertugas sebagai pengantar Fathin ke sekolah. Selesai mandi, sarapan, salaman disertai cipika-cipiki denganku dan kedua adiknya. Meluncurlah mereka berdua ke sekolah.

****

Pulang dari acara fieldtrip, Fathin langsung mencari kedua adiknya dan sang Mama untuk bercerita.

“Hari ini aku bertemu dengan pemadam kebakaran dan mobil pemadam yang KEREEEN ABIZ” katanya dengan mengacungkan jempolnya.

“Trus, trus apa lagi Kak?” tanya kedua adiknya dengan tidak sabaran.

“Kakak di ajarin cara memadamkan api, dan kita ga boleh main korek lho!...biar ga kebakaran” katanya dengan mimik wajah serius.

“Kita juga disuruh makan makanan bergizi, ga boleh jajan sembarangan biar sehat dan kuat kayak Pemadam Kebakaran,” nasehatnya lagi.

“Tapi Ma, kalo mau jadi Pemadam Kebakaran harus punya tato ya?” tanya Fathin tiba-tiba.
Aku yang tadinya mau ke kamar mandi, jadi mengurungkan niatku. Sambil mengernyitkan dahi, aku balik bertanya:  “Kok! Kak Fathin bisa bilang gitu?”.

“Abis, semua Pemadam Kebakaran yang tadi Fathin lihat, semuanya pake tato” jawabnya polos.

“Aku mau tato, aku mau tato!” kedua adiknya ikut ngomporin, tanpa tahu maksudnya.

*****

Cita-cita dan Tato, dari sekian banyak cita-cita yang dimiliki Fathin, banyak contoh yang dilihatnya menggeluti profesi tersebut memakai Tato. Dari pemadam kebakaran, pemain bola, atlet, seniman, artis dan sebagainya juga mentato tubuhnya dengan alasan seni dan kecantikan.

Menurut Wikipedia, Kata “tato” berasal dari kata Tahitian / Tatu, yang memilki arti menandakan sesuatu. Rajah atau tato adalah suatu tanda yang dibuat dengan memasukkan pigmen ke dalam kulit. Dalam istilah teknis, rajah adalah implantasi pigmen mikro. Rajah dapat dibuat terhadap kulit manusia atau hewan. Rajah pada manusia adalah suatu bentuk modifikasi tubuh, sementara rajah pada hewan umumnya digunakan sebagai identifikasi.

Bagi Kesehatan, Tato permanen amat berbahaya bagi tubuh. Karena prosesnya dengan menggunakan jarum, maka rentan sekali menularkan penyakit yang berbahaya seperti Hepatitis dan AIDS. Belum lagi infeksi yang disebabkan oleh proses pembuatan dan bahan pewarna yang dimasukkan di bawah kulit. Untuk menghilangkannya sangatlah sulit, karena proses pentatoan sudah merusak jaringan kulit dalam. Bahkan menimbulkan efek addicted artinya setelah sekali mentato tubuhnya maka akan timbul keinginan untuk mentato bagian tubuh lainnya.

Dalam agama Islam jelas Haram hukumnya, bisa dilihat dari dalil ini, “Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya. Barangsiapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.” (An-Nisa`: 119)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabd, “Allah Subhanahu wa Ta’ala melaknati wanita yang menyambung rambutnya, dan yang meminta untuk disambungkan, wanita yang mentato dan meminta ditatokan." *)

Berdasarkan Al Qur’an dan hadist diatas, maka jelaslah bahwasanya Allah SWT, melalui Rasulnya Muhammad SAW, telah melarang setiap muslim (orang Islam) untuk menyambung rambut, merenggangkan gigi termasuk mengikir atau memotong gigi serta membuat tato di bagian tubuh manapun, karena perbuatan seperti ini termasuk perbuatan yang menyakiti diri sendiri, merubah apa yang Allah karuniakan kepada kita dan termasuk tidak mensyukuri apa yang Allah telah berikan dan amanahkan kepada kita.

*****

Berdasarkan informasi diatas , aku mencoba menjawab pertanyaan Fathin. Tentunya dengan bahasa yang mudah di terima untuk anak seusianya.

“Untuk menjadi pemadam kebakaran, astronot, pemain bola dan lainnya, nggak perlu pake tato, Kak! yang penting kak Fathin punya keahlian. Contohnya, kalo mau jadi pemadam harus bisa madamin api, jadi astronot harus banyak belajar tentang luar angkasa, jadi pemain bola harus banyak latihan nendang bola," jawabku.

“Syukur deh! Kalo’ gitu, soalnya Fathin takut lihat gambar tatonya...ihh serremm!” kata Fathin sambil mengangkat bahunya.

“Iya, maka Allah melarang umatnya untuk memakai tato, karena merusak kulit Kak! dan sulit ngilanginnya,” sambungku.

“Tapi kemarin si Anton pake tato hadiah dari snack, trus pas kena air ilang tuh! Ma” kata Fathin penasaran

“Kalo punya Anton itu gampang hilang karena makenya cuman di tempel aja, trus kalo tato yang di pake Pak Pemadam itu cara buatnya pake jarum Kak!” jelasku.

“Jarum, hiii....ga mau tato, ga mau tato!” Fathin dan adik-adiknya pada bergidik ngeri.

“Artinya Allah sayang banget ama kita ya....Allah ga mau umat tersayangnya pada sakit!” kata sang Mama lagi.

“Aku juga sayang Allah, Aku juga, aku juga!” ketiganya berebutan mau di sayang Allah.

Akupun tersenyum lega, sembari berdoa dalam hati, “Ya..Allah jadikan mereka semua anak sholeh, yang selalu berlomba dalam menjadi hamba-Mu yang terbaik. Amiin”.

*)Shahih, HR. Al-Bukhari no. 5933 dan dari sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma no. 5937

Oleh: Dina Samodra
Dina Samodra lahir di Nganjuk, 30 Juli 1979. Namun semenjak usia dua tahun hingga sekarang tinggal di Pulau Dewata, Bali.Menyelesaikan pendidikan D3 di PNB jurusan Administrasi Niaga. Aktivitasnya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga Plus-plus. Selain mengurus ketiga jaogoan kecilnya, ia juga aktif di masyarakat. Di FLP Badung, ia diamanahi jabatan Humas. Dina bisa dihubungi di busamodra@ymail.com